Saturday, November 26, 2011

Do'aku Terjawab

Angin memapah tubuhku melayang. Melesat dalam rongga langit. Melanglangbuana tak tentu arah. Sesukaku..semauku...

Tiba-tiba rasa lelah menusuk-nusuk punggungku. Tanganku gemetar. Kakiku melemah. Akupun terhempas dan terkapar tepat di ladangku. Ladang yang kering kerontang. Tak ada lagi hijau daun padi dan palawija. Hanya tanah yang retak-retak dan debu. Kumerayap..merangkak...Sedepa demi sedepa mendekati gubukku. Seakan sewindu terlewati hingga jasadku bernaung di dalamnya.



Angin tiba-tiba menggedor-gedor sejadi-jadinya. Mengajakku kembali terbang.Lindu mengguncang-guncang tak kalah dahsyatnya. Menggetarkan gubukku dengan kerasnya. Aku lunglai terpaku di lantai. Yang kubisa hanya terduduk terdiam.

Kucoba angkat kedua telapak tanganku. Kususun kekuatan tuk menggerakkan lidahku. Kucoba mengatur napasku yang berkejaran dengan angin. Pelan-pelan lidahku membentuk ujaran. Kata-kata yang tersusun dalam hati kusuarakan. Serangkaian do'a-do'a mengalun dari mulutku lirih dengan muka tertunduk. Bermunajat aku pada Sang Khaliq. Bermohon aku pada Sang Rahmaanir Rahiim.

"Yaa Raabb.." Halilintar menggelegar menyambut ucapanku. Hempasan angin, getaran lindu, serta teriakan halilintar cukup mengerdilkanku membutir debu. Do'aku bersautan dengan halilintar. Susul menyusul di antara ketakutan dan kekhusyu'an. Seakan halilintar mengaminkan setiap permohonanku. Diriku semakin ketakutan. Napasku berkejaran dengan angin. Degub jantungku mengiringi teriakan halilintar. Kuselimuti tubuhku dengan sejadah. Kugenggam erat butir tasbih seolah takut dicuri halilintar.

Jiwaku mengawang masuk ke alam lain nan hening. Sunyi namun berisi kedamaian dan ketenangan. Suatu suasana yang belum pernah kuhampiri meski dalam mimpi. Suasana yang bahkan tak pernah dilukiskan dalam sejuta puisi. Sejuk..tenang..hening...Aku bahkan tak bergerak menatapi sekitar.

Perlahan tubuhku menghangat dijilati surya. Membawaku kembali pada aroma dunia. Perlahan mataku terbuka. Silau oleh sorotan sang surya yang sudah agak tinggi. Entah berapa lama aku sudah terlentang di udara terbuka.

Tubuhku terasa bertenaga. Kuberdiri melihat sisa-sisa reruntuhan gubukku dan sebuah pohon tumbang. Langit cerah bahkan gerah. Kupandangi ladangku. Ada yang berbeda dari saat terakhir kumelihatnya. Aku keheranan. Daun-daun padi yang baru tumbuh bertebaran membentuk pola di ladangku. Retakan-retakan tanah sudah tergenang tipis oleh air.

Subhanallah. Do'aku terjawab. Meski aku masih belum tahu bagaimana memeliharanya sampai nanti kutuai.

1 comment: