Saturday, November 7, 2015

Tak Ada Ujar dan Tanpa Aksara

Kesejuta tujuh puluh kalinya kubertanya dalam keheningan
Akan sesuatu yang tak juga kumengerti
Ratusan kitab kubuka lembar demi lembar
Milyaran huruf kuteliti satu demi satu

Tuhan..aku hanyalah manusia biasa
Ku tak bisa mendengar jawabMu
Meski berkali-kali aku melontarkan pertanyaan
Setidaknya aku tak mampu menangkap isyarat

Seringkali kutafakur sambil bertanya dalam hati
Diselingi suara lirihku menyebut namaMu
Bertahun-tahun aku bersabar menanti jawaban
Karena aku hanyalah seorang hamba

Kini kulihat sebuah lukisan
Nampak jelas di mataku
Bisa kubaca goresan-goresannya
Kecuali makna di balik itu

Apakah kini aku mesti berhenti bertanya?
Inikah saatnya aku mencegat getar lidahku?
Haruskah kukatupkan bibirku?
Tak ada ujar dan tanpa aksara

Masih bermaknakah tanya itu sekarang?
Apakah lukisan itu sebuah jawaban?
Bantu aku memahami ini
Atau sekedar melupakan

Ingin kumenangis tersedu-sedu
Namun baru kuingat aku tak lagi punya air mata
Baiklah..biar kumenangis dalam hati
Tapi ternyata hatiku pun tlah tiada

Ingin kumelesat bagai elang di malam hari
Menebas-nebaskan sayapku di tepian awan
Kan ku koyak-koyak atmosfir
Melaungkan tanya tak terjawab

Aku pun jatuh bagai bulu elang mengambang
Pelan..perlahan..dan mendarat mulus di atas duri
Entah rasa sakit atau nikmat yang mendera
Lagi-lagi aku tak tahu ini semua apa...

7 November 2011

Monday, August 17, 2015

Selamat Ulang Tahun Indonesiaku


Tujuh puluh tahun sudah Indonesiaku merdeka. Aku sangat bangga menjadi anak negeri ini. Negeri yang memiliki wilayah geografis yang luas dengan ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Negeri yang kaya akan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cerdas. Negeri dengan keindahan alam yang tiada tara. Negeri dengan keragaman budaya dan agama terbesar di dunia.

Memang negeriku belumlah menjadi negeri yang sangat makmur, juga bukan negeri adidaya tapi aku tetap bangga. Memang bangsaku bukan bangsa tercerdas,juga bukan bangsa paling jenius tapi aku tahu ada banyak orang cerdas di negeriku. Memang negeriku belum menjadi negeri yang sangat maju, juga bukan negeri yang paling terkemuka tapi negeriku cukup diperhitungkan dunia.

Bangsaku juga bangsa yang menorehkan prestasi tingkat dunia. Nama-nama harum juga tercatat sebagai anak-anak negeri yang berprestasi dan terkemuka. Nama-nama yang membanggakan dengan karya dan pemikirian mereka. Habibie salah satunya.

Meski begitu banyak kebanggaan sebagai anak negeri ini, aku juga prihatin dengan perkembangan yang ada. Anak-anak negeri yang cerdas makin sibuk mengorek perbedaan, membuat resah dalam ketenangan, serta gemar mengungkap aib bangsa sendiri dan bukan malah membantu mencari solusi.

Sungguh menyedihkan melihat bangsa ini disuguhi tontonan yang kebanyakan berisi gurauan dalam pelecehan, kelicikan, serta kemunafikan, bukan tontonan yang memperluas wawasan berpikir akan kemajuan. Seolah negeri ini akan dijadikan negeri dengan generasi pelawak yang hanya bisa menertawakan kekurangan orang lain.

Anak-anak muda negeri ini perlu menyadari bahwa negeri ini butuh generasi muda yang handal dan giat belajar. Bukan hanya sibuk memainkan permainan elektronik sepanjang waktu. Bukan hanya bergiat dalam obrolan dan sosialisasi di dunia maya. Dan juga bukan hanya sibuk berfoto selfie.

Mari kita tanya diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa berkarya sebagai anak-anak negeri ini? Bagaimana kita bisa membuat sumberdaya yang berlimpah ini menjadi kekuatan ekonomi dan politik negeri ini? Mari kita berpikir sejenak. Hidup ini tak hanya sekedar gurauan dan permainan.