Thursday, May 19, 2011

Jiwa yang terdiam

Jiwaku berlari menerobos belantara belukar. Kadang tersangkut unataian ranting, kadang tergores duri, kadang tersayat ilalang. Terus kuterobos tanpa kurasakan perih luka di kakiku yang melelerkan darah segar bercampur debu dan keringat. Ikut menari di antara lambaian daun cemaran, ikut bernyanyi bersama daun-daun bambu yang bergesekan bagai biola tanpa dawai. Sunyi dalam senandung serangga hutan, sepi dalam rapatnya cemara dan ilalang. Kehampaan nan menyayat menghampiri dalam ketenangan jiwaku.

Jiwaku meluncur dalam riak gelombang sungai. Terhuyung mengikuti derasnya air, terhempas satu-satu di bebatuan. Air sungai jernih kadang sedikit memerah kala batu tertumbuk kepala namun segera memudar dan sirna di ramainya buih. Dingin beku membuat mati rasa. Seakan menghentikan aliran darah tuk tak mengucur deras dari luka. Juntaian dedaunan membelai-belai jiwaku yang kadang menghampiri tepian. Garukan ranting-ranting patah berujung tajam mencakar-cakar tinggalkan goresan teratur rapi. Dingin air seakan bekukan otakku. Nanar dalam pandangan, hanya putih dan hijau datar yang nampak. Kupacu degub jantungku, kuterjang gelombang tuk bangkitkan jiwaku melesat keluar dari aliran.

Jiwaku mendongak dan menghujam udara. Mencumbui gelombang awan dengan lekukan-lekukan seksi. Perlahan mendorong naik, sekejap kemudian membanting hingga terhempas di antara lorong-lorong udara. Kunikmati hembusan angin yang menggelitiki halus, memarut pori-pori, hadirkan bunyi bak seruling yang ditiup gembala di tengah padang. Syahdu menghibur jiwa namun hampa dalam rasa. Meski pagi berteman seribu merpati, sore berteman walet, dan malam berteman lelawa

Jiwaku sesat di antara butiran hujan yang mencacah-cacah. Halilintar bersautan dalam nada-nada tinggi melampaui oktaf kedelapan. Gemuruh mewakili bunyi bas menggeram serak. Alam memarahiku, menamparku, mencaci makiku. Beribu nasihat bersautan bagai pantun yang meluncur mulus di jalan tanpa hambatan. Jiwaku terdiam, tertunduk, terpaku, dan terhempas di antara rintik hujan dan hilang dalam nyanyian katak yang berpesta pora