Saturday, November 7, 2015

Tak Ada Ujar dan Tanpa Aksara

Kesejuta tujuh puluh kalinya kubertanya dalam keheningan
Akan sesuatu yang tak juga kumengerti
Ratusan kitab kubuka lembar demi lembar
Milyaran huruf kuteliti satu demi satu

Tuhan..aku hanyalah manusia biasa
Ku tak bisa mendengar jawabMu
Meski berkali-kali aku melontarkan pertanyaan
Setidaknya aku tak mampu menangkap isyarat

Seringkali kutafakur sambil bertanya dalam hati
Diselingi suara lirihku menyebut namaMu
Bertahun-tahun aku bersabar menanti jawaban
Karena aku hanyalah seorang hamba

Kini kulihat sebuah lukisan
Nampak jelas di mataku
Bisa kubaca goresan-goresannya
Kecuali makna di balik itu

Apakah kini aku mesti berhenti bertanya?
Inikah saatnya aku mencegat getar lidahku?
Haruskah kukatupkan bibirku?
Tak ada ujar dan tanpa aksara

Masih bermaknakah tanya itu sekarang?
Apakah lukisan itu sebuah jawaban?
Bantu aku memahami ini
Atau sekedar melupakan

Ingin kumenangis tersedu-sedu
Namun baru kuingat aku tak lagi punya air mata
Baiklah..biar kumenangis dalam hati
Tapi ternyata hatiku pun tlah tiada

Ingin kumelesat bagai elang di malam hari
Menebas-nebaskan sayapku di tepian awan
Kan ku koyak-koyak atmosfir
Melaungkan tanya tak terjawab

Aku pun jatuh bagai bulu elang mengambang
Pelan..perlahan..dan mendarat mulus di atas duri
Entah rasa sakit atau nikmat yang mendera
Lagi-lagi aku tak tahu ini semua apa...

7 November 2011