Beberapa hari terakhir ini televisi diramaikan oleh berita-berita beredarnya video asusila yang diperankan oleh pasangan mirip artis (Ariel vs Luna Maya dan Ariel vs Cut Tari). Wartawan berbagai media massa sibuk mengorek keterangan di sana-sini. Mulai dari narasumber pakar, orang-orang dekat artis yang wajahnya mirip pelaku adegan dalam video tersebut, masyarakat, dll.
Berkali-kali dalam tayangan tersebut nama artis yang wajahnya mirip aktor dan aktris dalam video itu disebut-sebut. Masyarakat luas, dari yang belum tahu menjadi tahu keberadaan video tersebut dan penasaran ingin menyaksikannya. Adanya mencarinya di internet serta mengunduhnya, ada juga yang menyalin dari orang lain, dan ada juga yang membeli keping DVD yang berisi video tersebut. Bukan hanya orang dewasa yang melihat dan mendengar tayangan tersebut di televisi, anak-anak pun jadi ikut tahu karena beritanya ditayangkan hampir sepanjang waktu.
Lucunya, media massa kemudian memberitakan bahwa video tersebut tersebar di hampir semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Mereka tidak sadar bahwa yang membuat heboh berita itu adalah kalangan media massa sendiri yang memberitakannya secara besar-besaran. Masyarakat secara umum banyak yang mengetahui keberadaan video itu justru karena menonton tayangan beritanya di televisi atau surat kabar. Media massa turut bertanggung jawab akan kehebohan peredaran video asusila tersebut.